JIWA (AN-NAFS) yang terdapat dalam diri kita.
Ada sebuah hadits Rasulullah SAW (bagi sebagian ulama dikatakan sebagai kata-kata hikmah) yang mengatakan “Man ‘Arofa Nafsahu faqod ‘Arofa Rabbahu”. Yang diartikan barangsiapa mengenal dirinya (Nafsahu) akan mengenal tuhannya.
An-Nafs dalam bahasa Indonesia sering diartikan menjadi diri atau jiwa. Hal ini berbeda dengan ruh, yang dalam bahasa Arab (Al Qur’an) dibahasakan dengan Ar-Ruh.
Hakikat dari diri manusia inilah sesungguhnya yang dikenal dengan sebutan Jiwa muthmainnah, yang apabila dikenal maka akan dikenalah Allah.
"Hai jiwa yang tenang (jiwa muthmainnah), kembalilah kepada Tuhanmu, merasa senang (kepada Tuhan) dan (Tuhan) merasa senang kepadanya". [QS Al Fajr (89) : 27-28]
Jiwa muthmainnah juga mempunyai “penyakit” yaitu jiwa-jiwa yang banyak jumlahnya yang disebut jiwa hawa (hawa nafsu).
Jiwa-jiwa yang banyak inilah yang menjadi “penyakit” bagi hati sehingga mengarahkan manusia kepada sifat-sifat tercela. Yang akan menyesatkan dan menjauh dari Allah. Inilah yang oleh Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan Al Baihaqi dari Ibnu Abbas sebagai berikut:
"Musuhmu yang terbesar adalah nafsumu yang berada diantara kedua lambungmu".
"Dan aku tidaklah membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu suka menyuruh kepada yang buruk". [QS Yusuf (12) : 53]
"... dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah...". [QS Shaad (38) : 26]
Imam Ja’far Ash Shiddiq seperti dikutip dalam buku Tao of Islam (Mizan, 1996), mengklasifikasi hawa nafsu (prajurit kebodohan) ini menjadi 75 jenis, yaitu :
Prajurit Kebodohan | Prajurit Akal |
jahat (wazir kebodohan) kekafiran penyangkalan keputusasaan ketidakadilan kemarahan tidak bersyukur kecil hati keserakahan kekejaman kemurkaan kebodohan kepandiran tak kenal malu kerinduan pelanggaran batas kelancangan Prajurit Kebodohan Kesombongan ketergesa-gesaan kedunguan omong kosong kecongkakan keraguan kegelisahan dendam kemiskinan pengunduran diri upaya melupakan pemutusan hubungan keserakahan penarikan diri permusuhan pengkhianatan keingkaran kekasaran perudungan kebencian kebohongan kepalsuan curang zina ketumpulan pikiran sifat membuka penipuan pengungkapan kelalaian berbuka pengelakan pelanggaran janji fitnah tidak patuh manis mulut ditolak pameran pernyataan kegairahan Prajurit Kebodohan Penghalang Kejorokan tak sopan melampaui batas kesusahan kesulitan kemusnahan berlebihan perubahan pikiran kesembronoan kesengsaraan keras kepala penipuan diri ketidakpedulian penghinaan kelambanan kesedihan keterpisahan kekikiran | Baik (wazir akal) Iman Pengakuan Harapan Keadilan Kepuasan Rasa syukur Hasrat Kepercayaan Pengampunan Belas kasih Pengetahuan Pemahaman Kesopanan Penolakan Kehalusan Penghormatan Prajurit Akal Kerendahan hati Ketenangan Kepandaian keheningan kepasrahan penyerahan kesabaran maaf kekayaan ingatan upaya mengingat keakraban kepuasan hati berbagi perasaan persahabatan kesetaiaan kepatuhan kelembutan keselamatan cinta kejujuran kebenaran bisa dipercaya kesucian ketajaman pikiran penyelubungan yang baik keterusterangan penyembunyian shalat puasa perjuangan hajj menjaga perkataan cinta dan baik pada orang tua realitas diterima penutupan penjagaan keadilan Prajurit Akal penunjang kebersihan malu langsung ke tujuan kenyamanan kemudahan karunia ketepatan kebijaksanaan kesungguhan kebahagiaan taubat permintaan maaf kehati-hatian permohonan keaktivan kegembiraan kedekatan kedermawanan |
0 komentar:
Posting Komentar