Oke MMS Headline

Okemms | Oke MMS

Pasar Tradisional

Written By Nyach on Kamis, 04 Maret 2010 | 20.47

Hidup di desa susah-susah gampang,
Untuk mengimbangi aktifitas sehari-hari yang kebanyakan duduk dan berkendara, membuat kesehatan seperti tidak imbang. Nyach rasakan kesiukan yang sehari-hari kurang aktifitas yang bisa mengeluarkan keringat menimbulkan ide untuk bercocok tanam (meski hanya ada kebun yang gak luas) . Dari bacaan majalah pertanian yang memaparkan keberhasilan pertanian organik/bebas kimia (juga kegagalannya) memancing untuk mencoba, itung-itung sekalian refreshing disela-sela melaksanakn tugas negara(he he biar matap) memajukan pendidikan penerus bangsa.


Untuk memulai langsung menuju toko pertanian untuk membeli semua peralatan yang diperlukan seperti:
1. bibit pertanian (kacang panjang kualitas terbaik, mencoba yg terbaik meskipun masih belajar)
2. mulsa (plastik pertanian yang berguna untuk mengontrol penguapan air dari dalam tanah dan mengontrol kelebihan air hujan ke tanaman juga untuk mematika ulat dan serangga yang menempel pada tanaman pertanian)

Juga persiapan lahan mulai dari :
1. pencangkulan lahan yang dilakukan sepulang sekolah (tentunya tidak sendiri sebab gak akan selesai klo sendiri)
2. menyiapkan pupuk organik/kompos yang dibuat sendiri bersama pemuda-pemuda anggota kelompok (kompos merupak campuaran dari : kapur, arang dari limbah pembuatan gula tebu, di beri bio organisme)
3. menyiapkan penyangga batang kacang (bhs jawa : lanjaran)


Di awal buan Januari 2010 ketika ada waktu luang dan lahan sudah siap mulsa(platik pertanian) dihamparkan ditanah yang sudah digundukan (bhs jawa = gulut) selajutnya dilobangi dengan menggunakan kaleng bekas minyak cat yang diisi bthok kelapa kering terus dinyalakan. Ketika kaleng sudah panas diletakkan diatas hamparan mulsa dengan jarak 50 cm (wih dalam waktu singkat saat bertani pikiran fresh dan keringat mengucur, berarti tujuan semula sudah tercapai he he he)

Lobang-lobang pada mulsa selajutnya diisi kompos sebagai pupuk, seterusnya bibit ditanam. setelah tanam tiap pulang dijenguk (maklum lagi cinta-cintanya seperti baru punya pacar/pertanian) saya tunggui tumbuhnya kacang satu persatu hingga petang menjelang.

Mulai bulan pebruari bunga kacang mulaai kelihatan dan semakin senang hati melihat apa yang saya perbuat hasilnya mulai permisi untuk datang(he he memakai bahasa Ayah/kediaman ayah yang puitis), sambil menunggu hasil dengan sabar saya bimbing pucuk-pucuk kacang untuk melalui jalan yang berupa tali-tali rafia agar enak untuk merambat. Hingga pertengahan pebruari mulai ada kacang panjang yang besar-besar bergelantungan meskipun masih sedikit.

Di awal bulan maret buah kacang yang ditanam dan dipelihara hanya memakai kompos dalam menyuburkan tanah, tidak memakai insektisida dalam mengusir hama itu, klo dikonsumsi sendiri bersama keluarga (4 kepala keluarga) berlebih, sehingga timbul ide untuk menjual ke pasar. Di majalah pertanian hasil pertanian organik memiliki harga jual yang lumayan mahal, tetapi karena tidak tahu link pemasaran hasil pertanian organik saya titipkan kacang organik itu kepada adik untuk menjualnya ke pasar desa (pasar tradisional). Harga kacang di pasar tradisional jauh dari apa yang dipaparkan di majalah pertanian.

Tahu kacang organik yang saya titip ke adik hanya ditawar Rp. 1200,00 saya sampai bergumam dari pada harga prtanian organik rusak lebih baik di berikan ke tetangga-tetangga secara gratis sebagai amal yang tentunya harganya lebih tinggi (harga aal maksud saya)

Kesimpulan saya :
masyarakat masih memilih harga barang yang murah tak memperdulikan sehat atau tidak sehat
masyarakat belum tahu tentang hasil pertanian organik
masyarakat masih belum mempersiapkan bahan konsumsi yang mendukung kesehatan
masyarakat berbondong-bondong mengejar yang murah

4 komentar:

mauren mengatakan...

salam hangat . sudah saya follow :)
makasih udah mampir ke blog saya yaaa

bonk ava mengatakan...

salam hangat bro! keep blogging!

munir ardi mengatakan...

terus semangat pak semoga dalam waktu dekat sahabat bertambah banyak

munir ardi mengatakan...

bergerilya subuh pak